Minggu, 01 November 2009

psikologi perkembangan

PERMASALAHAN SEPUTAR PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 6-12 TAHUN DAN PENANGANANNYA ATAU PEMECAHAN MASALAHNYA

















Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Fetty Ernawati, S.Psi, M.Pd





Disusun oleh:
Setya Setyawan
NIM: 30.08.3.1.149










JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SURAKARTA
2009
Perkembangan Psikologi Anak dalam Kehidupan Sosial

Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut membutuhkan pertolongan.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
4. Nama
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik. Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer. Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
- secara terbuka mereka diasingkan
- sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
- mempunyai masalah perilaku
- sering memperlihatkan perilaku agresif
- mempunyai status negatif yang stabil
- sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya.

DAFTAR PUSTAKA
Kartono, K. 1985. Teori Kepribadian. Bandung : Alumni.
_________. 1992. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta : Rajawali Press.
Kasijan. 1987. Psikologi Pendidikan I. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Gunarsa, S.D. 1985. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Pasaribu dan Simanjuntak. 1988. Psikologi Perkembangan. Bandung : Transito.
Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Bermain dan Bersosialisasi untuk Tumbuh Kembang Optimal
By Republika Newsroom
Rabu, 05 November 2008 pukul 10:16:00
DOK REP/TEGUH
AKTIF: Hindari anak terlalu sering bermain games dan mengunjungi mal. Beri anak kegiatan yang lebih bermanfaat. Outbond salah satu alternatif anak belajar keberanian dan pertemanan.
JAKARTA-- Kebiasaan anak-anak terutama di daerah perkotaan untuk selalu mengunjungi mal atau bermain games kurang mendukung proses tumbuh kembang. Pasalnya, anak-anak menjadi terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat individual dan menjadi kurang rutin melakukan kegiatan kolektif atau sosial.
Padahal untuk membantu perkembangan sosialisasi mereka, diperlukan kegiatan berkelompok yang dilakukan dengan teman sebaya. Hal itu diungkapkan Psikolog Anak, Lina Muksin ketika mengomentari terbiasanya anak-anak kota main ke mal atau bermain games dan kurang melakukan kegiatan bersama di Jakarta, Rabu (5/11).
Lina mengatakan pada usia 6-12 tahun merupakan masa-masa emas bagi perkembangan sosial anak-anak. Orangtua perlu memberikan sarana untuk anak berolah fisik sekaligus bersosialisasi dengan teman sebaya.
Dia menyambut baik kegiatan festival "Kunci Emas Taro" yang diselenggarakan PT Unilever Indonesia untuk mendukung aktivitas anak.
"Melalui kegiatan berpetualang, maka anak-anak mendapat peluang untuk berimajinasi, berkreasi serta berkompetisi," kata Lina.
Acara" Festival Kunci Emas Taro" diselenggarakan di Stadion Manahan Solo bagi anak-anak berusia tujuh hingga 12 tahun. Mereka bisa mengikuti berbagai kegiatan mulai seperti rally sepeda berhias, sehingga misalnya anak-anak menjadi dibiasakan untuk bersaing dengan teman-teman sebaya. Mereka diajarkan untuk mengatur strategi memenangkan persaingan sambil membangun sikap toleransi.
Sementara itu, Brand Manager Taro Amalia Sarah Santi mengatakan PT Unilever Indonesia sangat ingin berpartisipasi dalam program tumbuh kembangnya anak-anak Indonesia.
"Anak-anak bisa berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka sehingga melalui Festival Kunci Emas Taro ini, anak-anak bisa berpetualang dan menyalurkan kreativitas mereka," kata Amalsia. (ant/ri)













Perkembangan Sosial pada Masa Anak-Anak Akhir
Oleh WamgMuba pada 22.Feb, 2009, dalam ARTIKEL, Materi Psikologi, Psikologi Perkembangan.
I. MAKNA PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed), memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock (1996) tiga proses dalam perkembabangan sosial adalah sbb:
Berprilaku dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima sebagain dari masyarakat atau lingkungan sosial tersebut.
Memainkan peran di lingkungan sosialnya
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.
Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompok Sosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.
II. ESENSI SOSIALISASI PADA ANAK
Sikap anak-anak terhadap orang lain dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Maka ada empat faktor yang mempengaruhinya :
Pertama, kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan ksempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya yang berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama, anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
Ketiga, anak akan belajar bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikan kelompok sosialnya kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan yang tepat adalah penting. Dengan metode coba ralat, anak akan mempelajari beberapa perilaku yang penting bagi perilaku sosialnya.

III. MASA KANAK-KANAK AKHIR
Akhir masa anak-anak (Late childhood) berlangsung pada usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada masa awal dan masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
Permulaan masa akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu Sekolah Dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya, juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit, karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, prilaku dan nilai bagi anak.
Tibanya akhir masa anak-anak sulit untuk diketahui secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematangan seksual sebagai kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak selalu sama pada setiap anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan kematangan seksual. Biasanya anak laki-laki mengalami masa anak-anak lebih lama dibandigkan anak perempuan. Secara umum anak perempuan masa akhir anak-anak berlangsung antara usia 6 – 12 tahun berarti rentang waktunya sekitar 6 tahun. Sedangkan bagi anak laki-laki berlangsung antara 6 – 16 tahun, berarti rentang waktu sekitar 8 tahun.
IV. PERKEMBANGAN SOSIAL AKHIR MASA ANAK-ANAK
A. Sosialisasi Dengan Anggota Keluarga
Ketika seseorang memasuki usia akhir masa anak-anak maka biasanya para orang tua mulai memberikam waktunya yang lebih sedikit. Menurut suatu investivigasi tentang banyaknya waktu yang digunakan orang tua bersama anak, maka waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar, berbicara dan bermain dengan anak-anak yang telah memasuki masa akhir kurang dari setengah waktu yang dihabiskan ketika anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Pada umumnya anak-anak pada masa akhir, lebih diarahkan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana secara sendiri. Misalnya pekerjaan-pekerjaan membersihkan kamar, membersihkan dapur, dll. Selain dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti itu menyebabkan interaksi dengan orang tua menjadi berkurang.
Perubahan-perubahan pada kehidupan orang tua seperti, kedua orang tua yang bekerja, perceraian, single parent, sangat mempengaruhi hakekat interaksi orang tua dengan anak pada masa akhir anak-anak. Ketika tuntutan pengasuhan mulai berkurang biasanya para ibu akan lebih memilih kembali karir atau memulai suatu kegiatan baru. Hal ini menyebabkan waktu yang harusnya lebih diberikan untuk membimbing dan mengasuh anak malah digunakan untuk kegiatan pengembangan karir khususnya bagi para ibu.
B. Sosialisasi Di Sekolah
Akhir masa anak-anak sering disebut sebagai ”usia berkelompok”, (gang) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Ia merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan angota keluarga. Anak ingin bermain bersama teman-teman sekolahnya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya tersebut.
Sosialisasi anak di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik dan biasanya diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain.
C. Sosialisasi Dengan Teman Sebaya
Selama masa pertengahan dan akhir, biasanya anak lebih banyak meluangkan waktunya dalam berinterkasi dengan teman sebaya. Dalam suatu investivigasi, diketahui bahwa waktu yang digunakan untuk anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya sebanyak 40 persen pertahun (Baker & Wright, 1951). Episode bersama teman sebaya berjumlah 299 hari sekolah.
Apa yang dilakukan bersama teman-temannya? dalam suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana aktivitas anak, diketahui bahwa umumnya anak-anak masa akhir melakukan kegiatan olahraga, jalan-jalan, permainan dan sosialisasi yang merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan. Pada saat mereka melakukan kegiatan biasanya anggota kelompok terdiri dari teman yang sama jenis kelaminya daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Pada masa akhir anak-anak mereka telah menjalin persahabatan dengan teman sebaya dan mulai memasuki usia gang, yaitu usaha yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat dan telah menjadi pribadi sosial yang merupakan salah salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.

















MASA PERIODISASI ANAK
Posted on November 19th, 2008 in Psikologi Anak by Fitri
Masa Periodisasi anak
Setiap orang akan mengalami periodisasi dalam perkembangannya, begitu juga sebaliknya perkembangan masa anak-anak akan mengalami periodisasi dari mulai lahir, bicara dan mulai merangkak. Menurut Munandar (1985), ditinjau dari sudut psikologi masa anak dibagi menjadi : a) Masa bayi, yaitu sejak lahir sampai akhir tahun kedua. b) Masa anak awal atau masa kanak-kanak, yaitu permulaan tahun ketiga sampai usia 6 tahun. Masa ini disebut pula masa anak prasekolah. c) Masa anak lanjut atau masa anak sekolah, yaitu dari usia 6-12 tahun atau 13 tahun, masa ini disebut pula masa anak usia sekolah dasar pada usia ini biasanya anak duduk di sekolah dasar. d) Masa remaja, yaitu dari usia 13-18 tahun.
Hurlock (1990), membagi periodisasi masa anak menjadi dua, yaitu : early childhood pada usia 2-6 tahun dan late childhood pada usia 6 -12 tahun, sedangkan usia 0-1 tahun merupakan masa bayi, dimana pada masing-masing periode mempunyai ciri-ciri yang dapat membedakan pengertian anak dengan orang dewasa. Lebih lanjut lagi Havighust (dalam Kasiram, 1994), membagi masa anak menjadi dua juga, yaitu : 1-6 tahun sebagai masa kanak-kanak (infancy dan early childhood), dan usia 6-12 tahun yang merupakan masa sekolah atau periode intelektual (middle childhood).
Rujukan Buku :
Hurlock, Elizabeth B., 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd,
Hurlock, Elizabeth B., 1976 Developmental Psychology New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd,

Bibliografi
Author : ASTRID, KLARA; Pandia, Weny Safitri Sembiring (advisor)
Topik: Honeschooling ; Penyesuaian social
Penerbit: Unika Atma Jaya Tempat Terbit: Jakarta Tahun Terbit: 2008
Abstract
Penyesuaian sosial merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup
dan dilakukan oleh setiap individu agar dapat berperan dan berfungsi di dalam
kehidupannya. Dengan demikian, penyesuaian sosial penting untuk diperhatikan,
terutama pada usia 6-12 tahun agar anak dapat memenuhi tugas
perkembangannya. Pada tugas perkembangan tersebut, anak tidak hanya dituntut
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga, namun juga dengan
lingkungan teman sebaya dan lingkungan sekolah.
Dengan mengikuti homeschooling, dimana sebagian besar kegiatan belajar
mengajar dilakukan di rumah, kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan teman
sebaya baik dari segi waktu maupun jumlah menjadi terbatas. Di sisi lain, dengan
metode homeschool yang fleksibel, mereka dapat mengikuti sejumlah aktivitas
tambahan di luar aktivitas homeschool sehingga kebutuhan untuk bersosialisasi
dengan teman sebaya yang merupakan tugas perkembangannya dapat terpenuhi.
Oleh karena jumlah homeschooling di Indonesia semakin meningkat, maka
permasalahan yang dianggap sebagai kelemahan homeschooling menjadi sangat
menarik untuk diteliti, yaitu penyesuaian sosial dengan teman sebaya yang
merupakan tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran penyesuaian sosial anak usia 6-12 tahun yang mengikuti
homeschooling di Jakarta dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner
yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan alat ukur Social Adjustment Scale–
Self Report dari Weissman (2002) dan kriteria penyesuaian sosial menurut Scott
dan Scott (1998).Data hasil penelitian ini diperoleh dari 60 subjek penelitian yang diolah
menggunakan teknik statistik deskripstif. Dari hasil penelitian ini, diperoleh
kesimpulan bahwa penyesuaian sosial pada anak usia 6-12 tahun yang mengikuti
homeschooling di Jakarta dan sekitarnya tergolong sedang. Dengan demikian,
anak usia 6-12 tahun yang mengikuti homeschooling di Jakarta dan sekitarnya
tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian sosial dengan teman
sebaya. Hal ini dikarenakan adanya keterlibatan orangtua dalam proses belajar
mereka dan sejumlah aktivitas di luar homeschooling yang mampu memfasilitasi
kebutuhan mereka dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
Saran praktis yang diberikan kepada para pelaku homeschooling di Jakarta dan
sekitarnya agar lebih memperhatikan prinsip dasar homeschooling serta kelebihan
maupun kekurangannya untuk disesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak,
sehingga potensi anak dapat berkembang dengan maksimal.






















ANALISA

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehimgga tanpa orang lain anak tidak akan mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang baik. Menurut John Locke (Dalam Gunarsa, 1986)anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.Dalam perkenbangan social anak untuk dapat bersosialisasi harus mengalami suatu proses, Hurlock(1996).Dalam proses perkembangan manusia dijumpai beberapa tahapan atau fase dalam perkembangan, antara fase yang satu dengan fase yang lain selalu berhubungan dan mempengaruhi serta memiliki cirri-ciri yang relative sama pada setiap anak. Disamping itu juga perkembangan manusia tersebut tidak terlepas dari proses pertumbuhan, keduanya akan selalu berkaitan. Apabila pertumbuhan sel-sel otak anak semakin bertambah, maka kemampuan intelektualnya juga akan berkembang. Proses perkembangan tersebut tidak hanya terbatas perkembangan fisik, melainkan juga pada perkembangan psikis.
Dalam perkembangan sosial anak seharusnya orang tua bersisialisasi dengan anak karena ketika seseorang memasuki usia akhir masa anak-anak biasanya para orang tua mulai memberikan waktunya yang lebih sedikit. Menurut suatu investivigasi tentang banyaknya waktu yang digunakan orang tua bersama anak, maka waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar, berbicara dan bermain dengan anak-anak yang telah memasuki masa akhir kurang dari setengah waktu yang dihabiskan ketika anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Pada umumnya anak-anak pada masa akhir, lebih diarahkan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana secara sendiri. Kemudian anak perlu bersosialisasi dalam sekolah karena sosialisasi anak di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik dan biasanya diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain.Selanjutnya perkembangan sosial anak tidak lepas dari sosialisasi teman sebaya karena selama masa pertengahan dan akhir, biasanya anak lebih banyak meluangkan waktunya dalam berinterkasi dengan teman sebaya misal dengan berpetualang dan lain sebagainya. Dalam suatu investivigasi, diketahui bahwa waktu yang digunakan untuk anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya sebanyak 40 persen pertahun (Baker & Wright, 1951).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan sosial anak membutuhkan pemeliharaan, kasih sayamg, dan tempat bagi perkembangannya terutama dalam lingkungan keluarga karena anak juga mempunyai perasaan,pikiran,kehendak sendiri yang semua itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada masa anak-anak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar