Minggu, 01 November 2009

dasar dan tujuan pendidikan islam

BAB I
PENDAHULUAN

Dasar pendidikan Islam sangat identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri. Kemudian dasar itu dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’, yang diakui ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal yakni al-Quran dan hadis sebagai sumber utama (al-Syabany, 1979). Sedangkan apabila dilihat dari sudut pandang tujuan pendidikan Islam sendiri, tampak terlihat jelas bahwasannya tujuan pendidikan Islam sangat berbeda sekali dari tujuan pendidikan umum yang didasarkan pada falsafat pendidikan produk pemikiran spekulatif dari nalar manusia. Kohnstanam misalnya menggariskan bahwa tujuan pendidikan adalah tidak lain untuk membimbing anak mencapai tingkat kedewasaan rohani dan jasmani (Crijn dan Reksosiswojo, 1954). Sedangkan Langeveld, menyatakan bahwa tujuan pendidikan agar anak terbentuk kata hatinya (Crijn dan Reksosiswojo, 1954). Tetapi sebelum kita mempelajari lebih dalam mengenai dasar dan tujuan pendidikan Islam sendiri, kita perlu mempelajari dahulu mengenai pengertian dari pendidikan Islam.
Dari bab pendahuluan di atas, penulis makalah bisa menarik kesimpulan sementara bahwasannya dasar dan tujuan pendidikan Islam ini sangat berperan penting dalam menciptakan insan kamil atau hamba Allah yang senantiasa selalu bertakwa kepadaNya. Hal ini bisa kita ketahui dengan cara menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam yang bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah maupun pengalaman kemanusiaan. Sedang tujuan pendidikan Islam mempunyai peranan penting demi mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia baik secara menyeluruh maupun seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra. Untuk keterangan lebih lengkap dan jelasnya, akan dibahas pada pembahasan makalah berikut ini.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Dasar Pendidikan Islam
Pada dasarnya, pendidikan Islam mempunyai dua dasar yakni dasar ideal dan dasar operasional. Dasar idealnya adalah AL-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad. Ada beberapa dasar pendidikan islam yang merupakan dasar operasionalnya dalam mewujudkan dasar ideal/ sumber pendidika islam. Dasar pendidikan tersebut menurut pemaparan dari Hasan Langgulang ada enam macam yang menjadi dasar operasional pendidikan Islam, yakni : Dasar historis (berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu), Dasar ekonomi (memberikan prespektif tentan potensi finanasial), Dasar politik dan administrasi (sebagai tempat tolak ukur untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan), Dasar psikologi (memberikan potensi peserta didik, pendidikan, dan manusia yang terlibat di dalamnya), Dasar filsafat (memberi arah suatu sistem). Dalam hal ini, kami juga mengutip dari pendapat Abdul Mujid yang menambahkan satu dasar lagi yaitu dasar religius, yang membingkai pendidikan dalam koridor religiusitas dan menjadikan pendidikan lebih bermakna. Jadi, menetapkan al-Qur’an, hadits dan ijtihad sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Sedangkan tujuan pendidikan Islam sendiri memiliki peran yang aktif demi terbentuknya pribadi muslim yang mampu memikul tanggung jawab agama, bangsa dan negaranya. Dalam dunia pendidikan umum, perumusan tujuan dan obyek merupakan masalah yang sangat serius. Sejak manusia hal itu sudah menjadi bahan kajian yang tidak pernah selesai. Permasalahannya barangkali terletak pada kaitannya dengan perkembangan situasi dan kondisi.
Sebagai contoh, kita bisa melihat sendiri pada zaman kuno tujuan dan sasaran system pendidikan Spartan adalah kekuatan fisik, keberanian militer, ketahanan, disiplin, kepatuhan dan semangat nasionalisme. Sedang di Athena, pendidikan ditujukan untuk kepandaian membujuk, berargumentasi dan sukses dalam kehidupan. Masih banyak versi lain mengenai tujuan pendidikan pada zaman klasik, termasuk yang dikemukakan oleh para filosof seperti Plato, Aristotele, dan lain-lain.
Dalam literature pendidikan ini, pastilah terdapat banyak istilah yang merujuk pada tujuan pendidikan, antara lain dalam Bahasa Inggris yang lebih dikenal dengan istilah “aims”, “goals”, “objectives” dan “purpose”. Sementara dalam Bahasa Arab dikenal istilah “Ghayat”, “Ahdaf”, dan “Maqashid”. Masing-masing istilah itu, meskipun secara umum berarti tujuan, memiliki pengertian-pengertian khusus sehingga dalam penggunaannya memiliki proporsi sendiri-sendiri. Variasi istilah inilah yang pada dasarnya mencerminkan bahwa tujuan yang dirumuskan dalam bidang pendidikan harus bersifat dinamis. Penetapan tujuan secara umum harus diperinci secara tegas dengan penetapan tujuan-tujuan khusus, baik dalam tingkat institusional (Tujuan Institusional) maupun operasional (Tujuan Instruksional).
Untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam secara konsisten (ajeg) dalam berbagai tingkatan hendaknya memperhatikan lima karakteristik, yaitu :
Pertama, keharmonisan antara kebutuhan individu dan komunitas. Satu sama lain tidak boleh saling mengabaikan. Pendidikan Islam ditujukan untuk membina kepribadian manusia seutuhnya sehingga ia dapat beradaptasi dalam kehidupan masyarakat yang sarat dengan berbagai ide.
Kedua, Keseimbangan antara realitas (kenyataan) dan idealitass (keinginan). Manusia hidup dengan sejumlah ide yang diharapkan dapat terwujud guna membentuk kesempurnaan dirinya. Tetapi, juga tidak bisa disangkal bahwa ia pun hidup bersama kenyataan yang berkembang baik yang menyangkut sosial, politik, ekonomi maupun budaya. Tujuan pendidikan Islam harus mampu menjembatani kesenjangan antara idealitas dan realitas. Dalam Islam “berpanjang angan-angan”(Thul al-‘Aml) itu dilarang. Tetapi, Islam juga mencela sikap pragmatis, hedonistik, mencari kesenangan sesaat. Dalam Islam dikembangkan sikap tawasuth (tidak ekstrim), sikap tasamuh (toleran) dan sikap tawazun (seimbang).
Ketiga, teratur dan tidak labil. Penetapan tujuan pendidikan Islam harus bersifat pasti sehingga tidak terpengaruh secara mendasar oleh perubahan waktu. Bentuknya boleh berubah sesuai dengan azaz efektifitas dan efisiensial. Tetapi, esensinya harus mencerminkan semangat keislaman yang sejati dan tidak bisa berubah. Ini untuk menegaskan prinsip universalitas Islam, sekaligus fleksibilitasnya.
Keempat, berorientasi pada kehidupan dunia dan akherat. Jamil saliba menyatakan bahwa banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang menunjukkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Kelima, diwujudkan (dirumuskan) ke dalam bentuk tingkah laku yang dapat diteliti. Dalam Islam memang niat merupakan hal yang vital dan merupakan aspek yang tersembunyi. Namun, dalam kerangka pendidikan hendaknya diusahakan bentuk-bentuk perilaku yang menncerminkan kemuliaan niat. Meskipun demikian, usaha itu tidak boleh berlebihan sehingga menjurus pada sikap riya.
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam secara umum adalah terciptanya kepasrahan yang total kepada Allah dengan segala manifestasinya yang selaras dengann ajaran Islam. Tujuan umum bisa melahirkan tujuan-tujuan khusus yang disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi. Islam memang ajaran yang mendatangkan kemaslahatan di manapun dan kapanpun.

B. Tujuan Pendidikan Islam
Dilihat dari Ilmu Pendidikan Teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermediair (sementara atau antara), yang dijadikan batas kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai tujuan akhir. Tujuan insedental merupakan peristiwa tertentu yang tidak direncanakan, akan tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada tingkat tertentu. Misalnya peristiwa meletusnya gunung berapi, dapat dijadikan sasaran pendidikan yang mengandung tujuan tertentu, yaitu anak didik timbul kemampuannya untuk memahami arti kekuasaan Allah SWT diyakini kebenarannya. Tahap kemampuan ini menjadi bagian dari tujuan antara untuk mencapai tujuan akhir pendidikan.
Berbagai tingkat tujuan pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk memudahkan proses kependidikan melalui tahapan yang makin meningkat ( progresif) ke arah tujuan umum atau tujuan akhir. Dalam sistem operasionalisasi kelembagaan pendidikan, berbagai tingkat tujuan pendidikan tersebut ditetapkan secara berjenjang dalam sturktur program instruksional, sehingga tergambarlah klasifikasi gradual yang semakin meningkat, bila dilihat dari pendekatan sistem Instruksional tertentu sebagai berikut:
1. Tujuan Instruksional Khusus, diarahkan pada setiap bidang studi yang harkus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2. Tujuan Instruksional Umum, diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai suatu kebulatan.
3. Tujuan Kulikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis –garis besar program pengajaran di tiap institusi (lembaga) pendidikan.
4. Tujuan Institusional, adalah tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu secara bulat atau terminal seperti tujuan institusional SD, SMP, atau SMA.
5. Tujuan Umum, atau Tujuan Nasional, adalah cita –cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik sistem formal (sekolah), sistem non formal (non klasikal dan non kurikuler), maupun sistem informal (yang tidak terikat oleh formalitas program, waktu, ruang, dan materi).
Demkian pula yang terjadi dalam proses kependidikan islam, bahnwa penetapan tujuan akhir itu mutlak diperlukan dalam rangka mengarahkan segala proses, sejak dari perencanaan program sampai dengan pelaksanaannya, agar tetap konsisten dan tidak mengalami deviasi –deviasi (penyimpangan). Adapun tujuan akhir pendidikan islam pada hakekatnya adalah realisasi dari cita –cita ajaran islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah SWT lahir dan batin, di dunia dan akhirat.
Rumusan –rumusan tujuan akhir pendidikan islam telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan islam dari semua golongandan madzhab dalam islam, misalnya sebagai berikut:
1. Rumusan yang ditetapkan dalam konggres sedunia tentang pendidikan islam sebagai berikut (Second Word Conference on Muslim Education, International Seminar on Islamic Concepts and Curriculla, Recomendation, 15* to 20*, March 1980 Islamabad.): “Education should aim at the ballanced growth of total personality of man trough the training of man’s spirit, intelect the rational self, feeling and bodily sense. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spiritual, intelectual imaginative, physical scientific, linguistic, both individually and collectivelly, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submision to Allah on the level of individual, the community and humanity at large”.
Rumusan tersebut menunjukan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusiasebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada Kholiqnya yang dijiwai oleh nilai –nilai ajaran agamanya.
Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya (secara perorangan maupun secara berkelompok). Dan pendidikan ini mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup.
Tujuan akhir dari pendidikan islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya.
Sebagai hamba Allah SWT yang berserah diri kepada Kholiqnya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencita-Nya untuk merealisasikan cita –cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah:
اِنَّ الصَّلاَةِ وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
“Sesungguhnya solatku dan ibadahku dan hidupku serta matiku hanya untuk Allah, pendidikan sekalian alam”.
2. Rumusan yang lain adalah hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 s.d 11 Mei 1960, di Cipayung, Bogor.
Pada saat itu berkumpulah para ulama ahli pendidikan islam dari berbagai lapisan masyarakat islam, berdiskusi dengan para ahli pendidikan umum, dan telah berhasil merumuskan tujuan pendidikan islam sebagai berikut:
“Tujuan Pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran islam”.
Tujuan terrsebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa: “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajar, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. Jadi jelaslah, membicarakan mesalah tujuan pendidikan, khususnya islam, tidak terlepas dari masalah nilai –nilai ajaran isla itu sendiri, oleh karena realisasi nilai –nilai itulah yang pada hakikatnya menjadi dasar dan tujuan pendidikan islam.

3. Ada rumusan lain tentang pendidikan islam oleh Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al Syaebani sebagai bebrikut:
“Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat”.
Mengungat tujuan pendidikan yang begitu luas, tujuan tersebut dibedakan dalam beberapa bidang menurut tugas dan fungsimanusia secara filosofis sebagai berikut:
1) Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
2) Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku mesyarakat umumnya serta dengan perubahan –perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman, dan kemajuan kehidupannya.
3) Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni, dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
Dalam proses kependidikan, tiga tujuan diatas dicapai secara integral, tidak terpisah dari satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia peripurna seperti dikehendaki oleh ajaran agama islam. Oleh karena tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan cita –cita mewujudkan nilai –nilai, maka filsafat pendidikanlah yang memberi dasar dan corak serta arah tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam rangkaian proses penyampaiannya, filsafat pendidikan berfungsi sebagai korektor terhadap kesalahan atau penyimpangan –penyimpangan yang terjadi, sehungga memungkunkan proses tersebut dapat berfungsi kembali dalam jalur tujuannya.
Dalam pelaksanaannya tujuan tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam tujuan yaitu:
1) Tujuan Operasional
Tujuan operasional yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan/ ditetapkan dalam kurikulum. Akan tetapi adakalanya tujuan fungsional belum tercapai oleh kerena beberapa sebab, misalnya produk kependidikan belum siap dipakai di lapangan karena masih memerlukan latihan ketrampilan tentang bidang keahlian yang hendak diterjuni, meskipun secara operasional tujuannya telah tercapai.
2) Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis, meskipun kurikulum secara operasional belum tercapai. Misalnya produk kependidikan telah mencapai keahlian teoritisilmiah dan juga kemampuan/ ketrampilan yang sesuai dengan bidangnya, akan tetapi dari aspek administrasi belum selesai. Oleh karena itu, produk kependidikan yang paripurna adalah bilamana dapat menghasilkan anak didik yang memiliki kemampuan teoritis sekaligus memiliki kemampuan praktis atau teknis operasional. Anak didik berarti telah siap dipakai dalam bidang keahlian yang dituntut oleh dunia kerja dan lingkungannya.

C. Landasan pendidikan Islam dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Landasan pendidikan Islam yang dipaparkan oleh Syahmina Zaini dalam kutipannya, mengacu kepada potensi yang ada pada diri manusia. Kami juga mengambil dari salah satu sumber buku yang berjudul Teologi Pendidikan Islam yang dipaparkan oleh Jalaludin bahwa potensi laten dalam konsep pendidikan Islam disebut Fitrah, yang berarti kuatan asli yang terpendam di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir, yang akan menjadi pendorong serta penentu bagi kepribadiannya, serta yang dijadikan alat untuk pengabdian dan ma’rifatullah. Jadi bimbingan terhadap pengembangan fitrah, harus menuju arah yang jelas.
Berdasarkan potensi fitrah penciptaannya, maka perkembangan manusia meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh manusia meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya baik dalam statusnya sebagai makhluk bertuhan, makhluk individu, makhluk social, makhluk bermoral, makhluk berperadaban dan sebagainya. Aspek perkembangan ini merupakan potensi yang mendukung pengembangan manusia menjadi sosok manusia seutuhnya, secara optimal dan berimbang, agar mampu menjalankan amanat dalam statusnya selaku hamba Allah maupun khalifah-Nya. Dengan demikian perkembangan manusia baru akan menjadi sempurna (insane kamil) bial pengembangan potensi dirinya yang mencakup keseluruhan aspek perkembangan itu dilakukan secara total dan maksimal.
D. Rumusan Pemikir Muslim tentang Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan Paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali pula manusia dapat mencapai kesemurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya untuk dekat keapa Allah dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini, beliau berrkata :
“Apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara akan mendapatkan bahwa ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampong akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah Swt., yang tidak dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan yang abadi. Dan sesuatu yang paling utama ialah sesuatu yang mengantar kepada kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak dapat dicapai tanpa melalui ilmu dan cara mengamalkannya. Kami mengutip dari Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Islam Versi Al Ghazali, alih bahasa Fathurrahman May dan Syamsudin Asyrafi, yang menyatakan bahwa pangkal kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah ilmu pengetahuan karena mencari ilmu termasuk amal utama”. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah membina Insan Paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan akhirat. Tidak dapat dilupakan pula orang yang mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula dapat mengantarkannya kepada pembentukan Insan Paripurna.
Moh. Athiyah Al Abrasyi dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, yang merupakan terjemahan dari H. Bustami A. Gani & Djohar Bachry, LIS), mengemukakan tentang tujuan pendidikan dalam satu hal yaitu fadilah/keutamaan. Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang mereka ketahui, te4tapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan utama dalam pendidikan Islam adalah mendidik budi pekeerti dan pendidikan jiwa. Dan beliau juga mengutip pendapat Al-Ghazali mengenai tujuan dari pada pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megahan dan janganlah hendaknya seorang pelajar itu belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang bodoh atau bermegah-megah dengan kawan.
Kemudian dalam materi filsafat pendidikan islam yang dikarang oleh Muhammad Zen, pada hal. 26-27, kami sempat mengutip singkat dari materi tersebut yang berisi pemaparan menurut Dr. Omar al Taumy, yang mengatakan lebih jelasnya bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim yang berpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Dan dikatakan lebih lanjut lagi, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan warga negara muslim yang baik, yang percaya kepada Tuhan dan agamanya, sehat jasmani, berimbang dalam motivasi-motivasi, emosi dan keinginan-keinginannya, sesuai dengan dirinya dan orang lain, bersenjatakan ilmu dan pengetahuan, memiliki alat-alatnya yang asasi, luas pengetahuan, dan sadar akan masalah-masalah masyarakat bangsa dan zamannya, halus perasaan seninya dan sanggup merasakan keindahan dalam segala bentuk dan coraknya, sanggup menggunakan masa luangnya dengan bijaksana dan berfaedah, mengetahui hak dan kewajiban-kewajibannya, memikul tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan kemanusiaan seluruhnya dengan kesadaran, dengan keikhlasan dan kebolehan, bersedia memikul tanggung jawab yang berkorban untuk meneguhkan dan memperkuatnya.
Abdul Fatah Jalal dalam bukunya yang berjudul Min Usulit Tarbiyah Fil Islam yang dialihbahasakan Herry Noer Ali pada halaman 119-122 mengelompokkan tujuan pendidikan Islam ke dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah Swat., yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asama Allah Swt., dengan meneladani Rasulullah Saw, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Ringkasnya, tujuan umum pendidikan Islam adalah membina peserta didik agar menjadi hamba yang suka beribadah kepada Allah. Ibadah di sini tidak hanya terbatgas pada menunaikan shalat, puasa di bulan Ramadlan, mengeluarkan zakat dan beribadah haji setelah mengucapkan syahadat tauhid dan syahadat Rasul, tetapi mencakup segala amal, pikiran atau perasaan manusia, selama semua dihadapkan kepada Allah Swt. Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan bahkan bagian apapun dari perilakunya dalam mengabdikan diri kepada Allah Swt.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam yang pertama-tama adalah mampu melaksanakan rukun Islam yang diperintahkan oleh Allah Swt., kepada muslimin. Mereka diharuskan mempelajarinya untuk meningkatkan ibadahnya. Ulama telah bersepakat bahwa mempelajari agama itu wajib hukumnya bagi setiap muslimin dan muslimat. Demikian juga berusaha mencari rejeki merupakan infak kepada keluarga dan termasuk ibadah.
Sebagaimana pendapat di atas, Udin Sarifuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata yang telah tertera dalam materi filsafat tersebut, menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup manusia. Disamping itu beliau menyetir pendapat M. Natsir yang mengatakan bahwa menyembah Allah itu melengkapi semua ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Illahi, yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri dari segala larangan-larangan yang menghalang kemenangan tercapainya kemenangan dunia dan akhirat.





BAB III
KESIMPULAN

Menurut kelompok kami, bisa disimpulkan lebih detailnya bahwa pendidikan Islam bersumber dari pada enam hal, yakni AL-Qur’an, As-Sunnah, kemaslahatan umat, tradisi atau kemaslahatan umat, tradisi atau kebiasaan masyarakat, dan ijtihad yang merupakan dasar pokok idealnya sedang meurut dasar operasionalnya mencakup dalam segala macam aspek yang berdasar pada historis, ekonomi, politik, admiistrasi, psikologi, filsafat dan religius. Sedang tujuan pendidikan Islam sendiri dibagi tiga pokok aspek yang paling terpenting yakni: tujuan filosofis, tujuan normatif, dan tujuan fungsional yang saling berkaitan satu sama lain yang ada kaitannya dengan peranan pendidikan islam sendiri. Untuk itulah pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang senantiasa menghambakan diri kepada Allah yakni beribadah kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar